Teks1

"SELAMAT DATANG"

Selasa, 29 Desember 2015

RESENSI BUKU RANGKAIAN MELATI KEHIDUPAN H.M THAYIB ABDULLAH

IDENTITAS BUKU

Judul
Rangkaian Melati Kehidupan H.M. Thayib Abdullah
Lokasi Koleksi
(LSM) Perp. Gelaran Ibuku
Edisi
1997
Penulis
Subjek
Klarifikasi
T Lok 1997 MR
GMD
Text
Bahasa
Indonesia
Penerbit
Lewa Mori
Tahun Terbit
1997
Tempat Terbit
Jakarta
Jumlah Halaman
224 halaman
Ukuran
21cm






















DESKRIPSI PENULIS

Muhammad Zulkarnain dengan nama asli  Eddy Crayn Hendrik dilahirkan pada tanggal 6 juni 1943 adalah seorang anak pendeta The Salvation Army,disamping dididik diasrama langsung oleh ayahnya.Ia masuk islam ketika  menjadi guru SMA Mawadhi Dompu Sumbawa pada tanggal 3 juli 1967 dan berganti nama menjadi Muhammad Zulkarnain.Rajin dalam dakwah dan autodidaknya,maka Zulkarnain telah menjadi seorang penulis Kristologi yang lumayan dikenal sehingga medapat undangan-undangan terutama dari para mahasiswa dan beberapa perguruan tinggi di indonesia.10 tahun melanglang buana ke 17 propinsi di indonesia sambil kenegara tetangga ,membuat ia lebih matang lagi terhadap keilmuan yang dipegangnya.Salah satu bukunya disamping buku MENGAPA SAYA MASUK ISLAM yang sudah ulang cekat sampai 12 kali ialah buku “SURAT BUAT MAMA” yang sangat halus uraiannya,sangat mengetuk hati yang bagaimanapun kerasnya.Sambil berdakwah,berwiraswasta dan menulis ia kini berdomisili  di Pamalang dengan damainya sambil mengasuh cucu-cucunya yang tercinta : Wieke dan Merpati Cendana Wangi,cucu perempuan yang sangat nakal,cantik dan menawan hati.

IKHTISAR BUKU
Tujuan penulis dalam menulis buku ini yaitu berusaha untuk mengulas kembali kisah heroik pejuangan beliau-beliau dimasa revolusi 45 di Bima yang banyak sekali terpendam.Penulis berfokus menceritakan seorang pahlawan bima yang bernama “H.M. Thayib Abdullah”  yaitu sosok guru besar atau sekaligus menganggapnya sebagai Ayah yang memotivasi dan merubah hidupnya yang lebih baik.Yang disampaikan penulis melalui bukunya yaitu menceritakan kembali riwayat hidup beliau,ayah/guru/idola penulis H.M Thayib Abdullah almarhum,karena ia berharap dari terungkapnya riwayat hidup beliau ini,akan termotivasi dan tergugah dalam diri kita suatu HIMMAH dan GHOIRIYAH yang baru,yang segar,sebagai pendorong handal dalam menciptakan pembangunan baik moril maupun materiel bangsa ini.

ISI RESENSI BUKU

·         BIMA 1921
Berbicara Bima tahun 1921,tidaklah jelas manakala kita tidak”menembus waktu”kemasa silam,sebab jengankan hanya Bima,seluruh dunia pun sudah sangat jauh bedanya saat ini dengan masa-masa  75 tahun yang lalu baik dibidang ekonomi kemiliteran,akhlaq,budaya,adat-istiadat transportasi,komunikasi,demikian juga dengan bidang-bidang pendidikan politik dan lain-lain.Tahun 1921 adalah tahun-tahun awal menjelang “zaman meleset”(maksudnya melaise),yakni tahun-tahun kesulitan luar biasa di eropa.Cultur stelsel ternyata tidak dapat menjamin bumi putra(tidak ada sangkut pautnya dengan  negri orang-orang jawa terkenal dengan budged(begroting/anggara belanja)yang termurah didunia adalah 2 setengan sen,atau istilah sebenggol sehari “Luar Biasa!!”.Sampai kepada tahun-tahun revolusi 45 orang-orang jawa tudak begitu paham keadaan luar daerah dalam pengertian peta bumi,karena memang ditahun-tahun tersebut pendidikan,terutama komunikasi dan informasi belumlah sehebat sekarang ini.
(Waktu itu)terhadap yang bukan jawa mereka menyebutnya dengan istilah “Wong Sebrang”bahwa untuk orang madura sekali pun.Kawin dengan “wong sebrang”sungguh sangat mengerikan,sebab konon “nang kanane”(disananya nanti)didol,disembeleh(dijual sang istri tersebut,bahkan dikayau).Meskipun idee Indonesia Merdeka ditahun-tahun berikutnya sudah cukup gencar dikumandangkan oleh  Bung Karno,tetapi berdasarkan pengalaman ,sultan-sultan kita lebih  baik berkiblat thaat kepada Belanda yang dapat  menjamin kehidupan tenang sentausa diatas  tachta dan tanah-tanahnya yang kadang kala sangatlah luasnya,meskipun bukan berarti tidak ada perlawan sama sekali terhadap pemerintah belanda.
Bima tahun 1921 jadilah sebuah negri foedal seperti negri-negri lain diindonesia,yang tata tentrem kerta rahaja,teduh tenang tanpa klakson dan knalpot mobil yang hilir mudik seperti sekarang ini,sepi sunyi dari aneka polusi,baik polusi udara maupun polusi budaya.Fanatisme budaya masih begitu tinggi  dan dipegang teguh oleh masyarakat.Alat transportasi yang sampai saat ini masih cukup dominan ialah kuda.Bioskop dan aneka yang sejenisnya belum memasuki alam Bima waktu itu,juga aneka mode gila-gilaan seperti sekarang ini.Satu-satunya hiburan barangkali ialah manakala kapal-kapal KPM berlabuh di teluk Bima yang sangat asri itu.
Pada tanggal 21 maret 1921 disebuah rumah panggung yang sederhana seperti rumah-rumah yang ada  disekitarnya lahirlah seorang bayi laki-laki dari pasangan abdullah dan habibah yang diberi nama Muhammad Thayib.dan karena nama ayahnya bernama abdullah maka diberi nama Muhammad Thayib Abdullah.Sejak umur 2 tahun rupanya Muhammad Thayib Abdullah telah harus benar-benar mengalami pengalaman dan penderitaan Nabi Muhammad SAW yang ketika masih balita juga telah ditingga; ayahnya berpulang ke ramatullah sehingga beliau dirawat oleh kakeknya,Abdul Mutolib.Ketika masih kecil M.Thayib Abdullah gemar sekali membaca buku Winnetouw karangan Kerl May,yang sudah tentu berhubungan buku suku mohawk tumpas.Kepahlawan Winnetouw,kehebatan Old Shatterhand dan lain-lain yang akhirnya juga mempengaruhi kehidupannya,sehingga kelah beliau dikenal sebagai seorang pejuang bangsa yang cemerlang.

·         Mahligai Rumah Tangga
Disolo rupanya tresno jalaran kulino inilah yang menimpa Thayib Abdulah yang bujangan yang sudah menamatkan pendidikannya dari Mualimin Muhammadiyah Solo,ketika setahun sebelumnya ditempatkan  disekolah Muhammadiyah Bima telah tiba seorang gadis cantik yang berwajah melankolis  yang bernama Sitti Hawa Takalondongkang.Pertemuan  demi pertemuan inilah yang akhirnya melahirkan cinta abadi yang indah,kebetulan suasana pun ikut mendukung,yaitu suasana perang dan suasana senasib sepenanggungan.Love can change star in the sky.Kata seorang pujangga Yunani.Pimpinan-pimpinan Muhammadiyah lalu mengambil tindakan bijaksana mempertemukan saja keduanya dalam ikatan pernikahan.Meskipun suasana perang ,maka akhirnya acara pernikahan digelar pada tanggal 20 maret 1944.

·         Junghu Ianfu
Pertentangan kepentingan ekonomi antara amerika dan jepang sudah deadlock,alias buntu.Maka pada tanggal 8 desember jam 07.15 waktu hawai,hari minggu pagi jepang dengan sangat gencar dan tiba-tiba sekali menyerang angkatan laut amerika.Dapat dikatakan hampir semua kapal perang amerika musnah setelah operasi penyerangan yang sangat dirahasiakan tersebut melepaskan sandinya dari Tokyo: Tora! Tora! Tora! .Menilik kepada profesi semula,maka pasuka-pasukan jepang ini sebenarnya terbagi menjadi dua,yaitu militer dan dimobolisasikan.                                                                                 
Junghu Ianfu: pengumpulan gadis-gadis untuk dijadikan pelacur dengan keadaan yang sangat sengsara,lahir terutama bathin.Kembali kemaslahan Ianfu,maka diBima jepang meminta “gadis-gadis kopi”ini kepada Salahudin,Sri Sultan Bima.Relakan anak perempuan atau istri-istrinya menjadi Ianfu,maka sikap M.Thayib Abdullah  berprinsip TIDAK!.maka dimalam yang gelap dizaman perang itu tercetus 3keputusan yang lebih merukpakan suatu kebulatan tekad:
1.Pemanggilan untuk pelayan rumah kopi jepang harus ditolak dengan cara apapun juga.
2.Oleh karenanya secepatnya KRI akan mengirimkan delegasi untuk menemui Sri sultan Bima yang adalah juga waliyul Amri untuk mengkonfrimasikan kebenaran berita tersebut dan meminta pertanggungjawaban beliau seandainya beliau benar-benar menerimanya.
3.Meminta(Sebenarnya lebih tepat menuntut )kepada Jeneli Woha (camat) Idris M. Ja’far supaya beliau melarang melakukan kawin paksa didaerah hukumnya.Berdasarkan ketiga diktum tersebut maka esokanya mereka berlima dengan bantuan delman  berangkat menuju istana sultan untuk menemui Sri sultan.Setelah itu mereka berdiskusi.Kedua pejabat hadat,pengapit waktu menerima utusan tersebut yaitu H.Sulaiman dan M.Hasan Ompu menteror kelima utusan tadi dengan mengatakan menolak keinginan Jepang berarti bisa dibunuh oleh mereka.Lucunya kedua pejabat Hadat tersebut bukanya memihak kepada kelima utusa yang datang menghadap demi demi kepentingan Bima,malahan berpihak kepada Nippon yang menginjak harkat dan martabat orang Bima.Maka ketika M.Thayib Abdullah dan kawan-kawan muncul diujung jalan,tak pelak lagi masyarakat berbonfong-bondong mengerumininya tak sabar mendengarkan penjelasan apa yang didapat sri sultan nya.Beliau pun menceritakannya apa danya dengan sangat pilu.Tanpa merasa lelah,dan bisa juga dengan lupa makan,lupa istri lupa anak M.Thayib Abdullah malam itu juga dengan anggota-anggota KRI yang lain bermusyawarah lagi.Demikianlah,maka pada keesokan harinya berangkat;ah utusan-utusan tersebut,tiba dirumah Menseibu.Mereka membenarkan,lalu menyarankan surat yang sudah dibuatnya semalam dari KRI Tente.Atas permintaan utusan-utusan,maka Tomasiro dan diminta besoknya jam 9 pagi datang ke Tente untuk memberikan penjelasan langsung kepada rakyat Nipon supaya tidak meminta gadis-gadis suci untuk rumah kopi,yang nota bene ya untuk Junghu Infu itu.


·         Cap Darah “Berjuang Sampai Mati” Para Pemuda Bima 1945
pada malam hari 2 September 1945 seorang pemuda pembawa pesan kemerdekaan M Noer Husen yang di utus dari Singaraja  di panggil untuk datang ke Tente untuk ditanyai perihal kemerdekaan Indonesia. Dari Desa Keli menuju Tente, M Noer Husen sangat gembira karena ada orang yang respon terhadap pesan kemerdekaan yang dia bawa dari Singaraja tersebut.
Sesampainya di Tente dan langsung bertemu dengan beberapa pemuda yang sudah menunggunya untuk kabar Proklamasi kemerdekaan tersebut, saat itu malam hari dan dalam suasana perang tentu rasa curiga dan was-was pasti menghinggapi pikiran M Noer Husen Muda.
“Apakah benar kemerdekaan Indonesia sudah di proklamasikan?” Tanya Thayib Abdullah kepada M Noer Husen, di kutip dalam Rangkaian Melati Kehidupan H. M Thayib Abdullah sebuah buku Biografi perjuangan yang di terbitkan tahun 1997.
“Benar”. Kata M Noer Husen, kemudian Thayib Abdullah bertanya lagi “Apakah ada bukti-buktinya?!”. Kemudian di keluarkan bukti tersebut yaitu tiga buah surat dari Gubernur Sunda Kecil I Gusti Ketut Puja yang ditujukan untuk Sultan Bima, tapi surat kemerdekaan tersebut tidak di tanggapi dengan serius.
Karena terlambatnya tersebar berita kemerdekaan banyak kerugian mental maupun fisik yang dialami oleh rakyat Bima kala itu. Menurut Ahmad Amin “rakyat banyak menderita sehingga kebencian rakyat terhadap Jepang kian bertambah besar. Meskipun Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 terlambat di dengar di Bima”. (Sejarah Bima. Sejarah Pemerintahan dan Serba Serbi Kebudayaan Bima. 1971)
“Ini bukan berita lagi, tetapi sudah suatu kepastian yang dapat diyakini kebenarannya. Maka marilah saat ini juga kita berikrar mendukung Proklamasi tersebut dan menyusun barisan untuk mempertahankan kemerdekaan ini”. Kata Saleh Bakry yang dikutip dari Rangkaian Melati Kehidupan H.M Thayib Abdullah.
Setelah tersiar kabar Proklamasi kemerdekaan di tanah Bima, serentak dari berbagai tokoh pemuda saat itu datang di Tente untuk mendengarkan langsung dari pembawa pesan kemerdekaan M Noer Husen bahwa Negara Indonesia telah Merdeka dengan di bacakannya Proklamasi Kemerdekaan oleh Sukarno-Hatta.
Maka pada malam itu juga para pemuda di Tente tersebut berikrar dan bersumpah untuk membela Proklamasi kemerdekaan 45 tersebut di Bima sampai titik darah terakhir. Dimana saat itu juga di buatlah surat ikrar sumpah setia, ikrar sumpah tersebut di tanda tangani dengan memakai tinta darah mereka sendiri yang di kenal dengan sumpah “Berjuang Sampai Mati” untuk Merah Putih yang dilakukan di rumah Thayib Abdullah.
Beberapa nama para pemuda yang bertanda tangan untuk ikrar sumpah setia pada Merah Putih dan Kemerdekaan tersebut, antara lain yaitu :
1. M.  Saleh Bakry
2. M. Thayib Abdullah
3. Abubakar Abbas
4. Abdullah Amin
5. Abubakar Djafar
6. Achmad Daeng Amin
7. Yahya Teta La Ani
8. Abdul Rahman Yusuf
9. Husain Abdullah
10. Yaman Ibrahim
Setelah mereka menoreh tinta darah di atas ikrar sumpah setia maka bersama mereka membaca sumpah yang memakai bahasa Bima, dan sumpah inilah yang mengawali perjuangan para pemuda tersebut di tanah Bima untuk membela Merah Putih, bunyi sumpah tersebut sebagai berikut :
Mori ato Made !!
Tahopu made di umbu, dari pada mori di jajah !
Dana Mbojo di ru`u Mbojo, Lain di cou-cou
Ndai loasi ncao sampe made !!
Pembentukan pergerakan kemerdekaan para pemuda tersebut, menyebar ke seluruh tanah Bima mengenai perjuangan mereka. Kemudian dari para pemuda tersebut terlahirlah gerakan perjuangan yang di namakan Angkatan Pemuda Islam atau di singkat API yang di ketuai oleh Thayib Abdullah, gerakan perjuangan tersebut sangat agresif terhadap persoalan penjajahan.
Dengan tersebarnya berita kemerdekaan maka tanggal 25 Oktober 1945 para pemuda Bima mendesak pemerintah setempat untuk segera mengambil langkah dan menyatakan kemerdekaan Indonesia dengan mengibarkan Merah Putih di Istana Bima serta mengangkat Abdul Kahir sebagai Jena Teke (Putra Mahkota).

·         PERAN GURU DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN DI BIMA
Kemerdekaan Republik Indonesia di Pulau Sumbawa khususnya Bima tidaklah luput dari perjuangan hidup dan mati para Guru muda. Mereka ikrarkan diri untuk memperjuangkan kemerdekaan Merah Putih di Bima hingga tetesan darah terakhir, peran para Guru dalam memerdekakan Bima kala itu didasari oleh kabar Proklamasi kemerdekaan 1945 yang di bawa oleh dua pemuda dari Singaraja.
Para pemuda yang memproklamirkan Kemerdekaan di Bima itu adalah para Guru muda yang mendedikasikan diri mereka untuk membangun genersi yang cerdas guna melawan kolonialisme di Nusantara. Dari puluhan pejuang yang berprofesi sebagai Guru muda anatara lain adalah M. Thayib Abdullah, M. Nur Husen, Yaman Ibrahim, Ishaka Abdullah, Abubakar Abas dan Ilyas Mustafa.
Setelah memproklamirkan kemerdekaan di Bima pada tanggal 24 September 1945 Ishaka Abdullah dan M Amin Saleh membentuk Angkatan Pemuda Indonesia atau di singkat API. Dalam struktur organisasi perjuangan API kebanyakan anggotanya berprofesi sebagai Guru pengajar di Bima.
Setelah terbentuknya API di Bima hal pertama yang mereka lakukan adalah melawan pasukan Jepang yang menduduki Bima mulai sejak 17 Juli 1942. Pada tanggal 25 Desember 1945 terjadi penyerbuan di markas API cabang Sape oleh tentara Jepang, dikarenakan Mayor Jendral Tanaka mengeluarkan surat perintah No. 12/3/BTNP agar semua senjata milik organisasi Rakyat atau perorangan agar di serahkan pada Jepang.(Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 Daerah Nusa Tenggara Barat. 1979).
Pada tanggal 29 Desember 1945 peryerbuan kembali dibalas oleh Pasukan API sehingga terjadi kontak senjata dari jam 2 hingga jam 10 keesokan harinya. Dimana peristiwa tersebut di kenal dengan Perang Oi Maci di Pelabuhan Sape, atas perintah Sultan Bima kedua anggota API di Sape yaitu Mustamin Abdurrahman dan Abdulmajid Yusri di tangkap karena dianggap sebagai pengacau.(Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 Daerah Nusa Tenggara Barat. 1979).
Kemudian terjadi lagi penyerangan besar-besaran di markas Jepang yang bertempat di Raba pada tanggal 1 Januari 1946 oleh Pasukan API. Pertempuran tersebut terjadi 2 hari lamanya hingga 2 Januari 1946. Sepak terjang para pejuang API dalam hal menyerang markas mereka di Raba Dompu dan Lawata membuat geram Mayor Jendral Tanaka sehingga API dinyatakan sebagai pengacau yang harus di hilangkan dari Bima. Sehingga pada tanggal 10 Januari 1946 pimpinan API Thayib Abdullah bersama Ishaka Abdullah di tangkap oleh Jepang yang di tuduh sebagai orang “Merah Putih” dan pengacau keamanan daerah.
Setelah sisa pasukan Jepang di Bima berhasil di usir, maka hal yang sangat mengecewakan para pemuda  tersebut yaitu masuknya NICA (Nederlandsch IndiĆ« Civil Administratie) di Bima. Penangkapan  besar-besaran di lakukan oleh NICA pada para Pejuang “Merah Puith” Bima tanpa ada pembelaan yang dilakukan oleh Sultan Bima. Di kutip dari memoir-nya Thayib Abdullah bahwa NICA masuk ke Bima pada tanggal 12 Januari 1946.
Kemudian bergabungnya Kesultanan Bima ke Negara Indonesia Timur (NIT) pada tanggal 24 Desember 1946, membuat seluruh pemuda kecewa atas keputusan yang dilakukan oleh Sultan Bima bergabung dengan NIT, karena merasa sangat marah dan kecewa mereka melakukan perlawanan sehingga seluruh pejuang API sebagian ada yang di tangkap dan sebagian ada yang mengasingkan diri.
Awal bulan Januari 1947 empat tokoh API yaitu Thayib Abdullah (Ketua API), Nur Husen (Ka-Staf API), Yaman Ibrahim (Staf Penerangan KNI) dan Ilyas Mustafa (Ka-Staf Latihan API) menuju kota Kupang untuk mengajar di sekolah asuhan PERSIT (Persatuan Istri Tentara) dan sekaligus menghindar dahulu dari intaian para mata-mata NICA yang terus memantau pergerakan mereka dalam mengatur strategi perjuangan.
Sekembalinya dari Kupang tahun 1949 para Guru tersebut tetap melanjutkan perjuangan mereka melawan NICA dan antek-anteknya, penyiksaan dan penjara adalah teman baik bagi para pejuang API. Setelah sekian lama melakukan perlawanan terhadap penjajahan, kabar baik datang dari Jakarta yaitu undangan yang ditujukan untuk perwakilan pejuang Bima agar datang menghadiri penyerahan kedaulatan RI oleh pihak Belanda. Tanggal 27 Desember 1949 berangkat Thayib Abdullah, Saleh Bakri dan Idris M. Djafar untuk menghadiri undangan tersebut di Jakarta.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

  • Ide-ide pokok yang diuraikan didalam buku ini sesuai dengan tujuan penulisan buku,didalam buku ini juga terdapat alur maju yang sesuai dengan awal sampai akhir kehidupan M.H Thayib Adbullah
  • Pengungkapan ide-ide pokok dalam buku tersebut tersusun secara sistematik,dan bagian buku bagian satu dengan bagian lainnya tersusun secara harmonis
  • Bahasa yang digunakan penulis agak sulit dipahami,dikarenakan ada bagian-bagian yang tidak dijelaskan arti bahasa tersebut.
  • Masih terdapat kesalahan tulisan atau typographi.
  • Gambar di dalam buku menggunakan warna hitam-putih sehingga agak kurang jelas dilihat. 

KESIMPULAN

Kesimpulannya, Buku “Rangkaian Melati Kehidupan M.H Thayib Abdullah” adalah sebuah buku motivator yang layak untuk dibaca.Sebuah buku yang menceritakan perlawanan dan pejuangan dari kisah hidup beliau M.H Thayib Abdullah.Banyak pengetahuan dan pelajaran yang dapat kita petik dari buku ini,khusunya untuk masyarakat Bima.Penulis dapat memberikan pelajaran hidup bagi pembaca.Di buku ini Penulis juga dapat menceritakan dengan rinci kepribadian beliau sehingga memotivasi dan membangkitkan jiwa nasionalisme untuk membangun dan menjaga negara kita ini. 
Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar